Rabu, 04 Desember 2013

SISTEM OSMOREGULASI



SISTEM OSMOREGULASI

SISTEM OSMOREGULASI
A.      Pengertian Osmoregulasi
Osmoregulasi adalah proses untuk menjaga keseimbangan antara jumlah air dan zat terlarut yang ada dalam tubuh hewan. Mengapa hewan harus melakukan osmoregulasi? Alasan utamanya ialah karena perubahan keseimbangan jumlah air dan zat terlarut di dalam tubuh memungkinkan terjadinya perubahan arah aliran air/zat terlarut menuju ke arah yang tidak diharapkan. Proses inti dalam osmoregulasi yaitu osmosis. Osmosis adalah pergerakan air dari cairan yang mempunyai kandungan air lebih tinggi (yang lebih encer) menuju ke cairan yang mempunyai kandungan air yang lebih rendah (yang lebih pekat).
Osmoregulasi dapat juga didefinisikan sebagai proses homeostasis untuk menjaga agar cairan tubuh selalu berada dalam keadaan stabil atau steady state. Masalah osmoregulasi antara lain sebagai berikut:
1)        Setiap individu hewan membutuhkan konsentrasi garam yang berbeda dengan lingkungannya.
2)        Hewan harus mempunyai konsentrasi air yang sama (partikel konsentrasi terlarut total) terhadap lingkungannya, yang berarti membutuhkan sejumlah besar energy untuk membuang air dari tubuhnya.
3)        Hewan perlu untuk membuang sejumlah sisa hasil metabolisme yang larut dalam air seperti ammonia, kreatinin, dan pigmen darah.

Berdasarkan kemapuannya menjaga tekanan osmotik tubuh, dikenal adanya hewan osmoregulator dan osmokonformer.
1.    Osmokonformer
Osmokonformer merupakan hewan yang tidak mampu mempertahankan tekanan osmotik di dalam tubuhnya, oleh karena itu hewan harus melakukan berbagai adaptasi agar dapat bertahan di dalam tempat hidupnya. adaptasi dapat dilakukan sepanjang perubahan yang terjadi pada lingkungannya tidak terlalu besar dan masih ada dalam kisaran konsentrasi yang dapat diterimanya. Jika perubahan lingku ngan terlalu besar maka hewan yang melakukan osmokonfermer tidak dapat bertahan hidup di tempat tersebut.

2.    Osmoregulator
Osmoregulasi adalah organisme yang menjaga osmolaritasnya tanpa tergantung lingkungan sekitar. Oleh karena kemampuan meregulasi ini maka osmoregulator dapat hidup di lingkungan air tawar, daratan, serta lautan. Di lingkungan dengan konsentrasi cairan yang rendah, osmoregulator akan melepaskan cairan berlebihan dan sebaliknya.

B.       Peranan Osmoregulasi
Secara umum osmoregulasi berperan:
1)        Membuang sisa maupun hasil samping metabolisme dari dalam tubuh makhluk hidup untuk menjaga ketidakseimbangan reaksi-reaksi kimia dalam tubuh, kerjanya bersama-sama dengan sistem ekskresi.
2)        Mencegah terhadap gangguan fungsi enzim dalam proses metabolisme, dengan cara membuang zat-zat sisa atau hasil sampingan metabolisme yang bersifat racun,
3)        Mempertahankan kestabilan ratio ion-ion yang terlarut dalam cairan tubuh, terutama ion-ion: Na, K, Mg, Ca, Fe, H, Cl, I, PO3 yang sangat vital untuk aktivitas metabolisme seperti kerja enzim, sintesa protein, produksi hormon, pigmen respirasi, permeabilitas otot, aktivitas listrik, dan kontraksi otot.
4)        Mengatur jumlah air yang terkandung dalam cairan tubuh, untuk menjaga volume cairan tubuh dan tekanan osmotik agar tetap dalam keadaan stabil, seperti diketahui bahwa tekanan osmotik tergantung baik pada jumlah zat terlarut maupun pelarutnya, dan
5)        Mengatur dan menjaga kestabilan pH cairan tubuh agar reaksi-reaksi dalam metabolisme dapat berjalan dengan baik.

C.      Mekanisme Osmoregulasi
Berdasarkan Mekanismenya osmoregulasi pada hewan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
1.      Regulasi Hipertonik atau Hiperosmotik, yaitu pengaturan aktif konsentrasi cairan tubuh yang lebih tinggi dari konsentrasi lingkungan. Maka secara fisika untuk menjaga kestabilan lingkungan internalnya (cairan tubuh) hewan tersebut mempunyai kecendrungan untuk :
a.       Mengurangi masuknya air kedalam tubuh dengan meningkatkan impermeabilitas dinding tubuh atau dengan cara mengeluarkan kelebihan air yang ada dari dalam tubuh.
b.      Memasukkan garam-garam kedalam tubuhnya dengan cara makan dan minum untuk menjaga ksabilan zat-zat yang terlarut dalam cairan tubuhnya. Misalnya pada petadrom (Ikan air tawar)
2.      Regulasi Hipoosmotik
Pada hewan-hewan yang hidup dilaut pada umumnya dimana konsentrasi pelarut dalam tubuh hewan lebih tinggi dari pada lingkunganya, maka untuk menjaga kestabilan cairan tubuhnya hewan tersebut akan:
a.       Menghambat/mencegah keluarnya air dari dalam tubuh ke lingkungannya.
b.      Mencegah masuknya garam kedalam tubuh atau mengeluarkan kelebihan garam dari dalam tubuhnya.

D.    Sistem Osmoregulasi pada Hewan

1.    Sistem Osmoregulasi pada hewan invertebrata
Secara umum, organ osmoregulasi invertebrata memakai mekanisme filtrasi, reabsorbsi, dan sekresi yang prinsipnya sama dengan kerja ginjal pada vertebrata yang memproduksi urin yang lebih encer dari cairan tubuhnya.
1)        Osmoregulasi pada serangga
Kehilangan air pada serangga terutama terjadi melalui proses penguapan. Hal ini dikarenakan serangga memiliki ratio luas permukaan tubuh dengan masa tubuhnya sebesar 50x, bandingkan dengan mamalia yang mempunyai ratio luas permukaan tubuh terhadap masa tubunya yang hanya 1/2x. Jalan utama kehilangan air pada serangga adalah melalui spirakulum untuk mengurangi kehilangan air dari tubuhnya maka kebanyakan serangga akan menutup spirakelnya pada saat diantara dua gerakan pernapasannya. Cara mengatasi yang lain adalah dengan meningkatkan impermeabilitas kulitnya, yaitu dengan memiliki kutikula yang berlilin yang sangat impermeable terhadap air, sehingga serangga sedikit sekali kehilangan air melalui kulitnya. Sebagai organ ekskretori serangga memiliki badan Malphigi yang bersama-sama dengan saluran pencernaan bagian belakang membentuk sistem ekskretori osmoregulatori.
2)        Osmoregulasi pada Annelida
Cacing tanah seperti lumbricus terestris merupakan regulator hiperosmotik yang efektif. Hewan ini secara aktif mengabsorbsi ion-ion. Urine yang diproduksinya encer, yang secara esensial bersifat hipoosmotik mendekati isoosmotik terhadap darahnya. Diduga konsentrasi urinnya disesuaikan menurut kebutuhan keseimbangan air tubuhnya. Homeostasis regulasi juga dilakukan dengan pendekatan prilaku yaitu aktif dimalam hari dan menggali tanah lebih dalam bila permukaan tanah kering.
3)        Osmoregulasi pada Molusca
Pada tubuh keoang/Siput memiliki permukaan tubuh berdaging yang sangat permeable terhadap air. bila dikeluarkan dari cangkangnya, maka air akan hilang secepar penguapan air pada seluas permukaan tubuhnya. Semua keoang atau siput bernapas terutama dengan paru-paru yang terbentuk dari mantel tubuhnya dan terbuka keluar melalui lubang kecil. Toleransi terhadap air sangat tinggi. Tekanan osmotic cairan internal bervariasi secara luas tergantung kandungan air lingkungannya. Untuk menghindari kehilangan air yang berlebih, keong atau siput lebih aktif dimalam hari dan bila kondisi bertambah kering , keoang akan berlindung dengan membenamkan diri kedalam tanah serta menutup cangkangnya dengan semacam operculum yang berasal dari lendir yang dikeluarkannya. Banyak keong darat yang secara rutin mengeluarkan suatu zat yang mengandung nitrogen dalam bentuk asam urat yang sulit larut dalam air, yang terbukti bahwa ternyata zat ini meningkat pada beberapa spesies dalam masa kesulitan mendapatkan air. Selama masa estivasi (tidur musim panas) asam urat ini disimpan dalam ginjal dengan maksud mengurangi kehilangan air untuk menekskresikan nitrogen tersebut. Banyak spesies keong yang menyimpan air didalam rongga mantelnya yang rupanya digunakan pada liungkungan kering.
2.    Osmoregulasi pada Vertebrata
1)        Osmoregulasi pada Ikan
Ikan-ikan yang hidup di air tawar mempunyai cairan tubuh yang bersifat hiperosmotik terhadap lingkungan, sehingga air cenderung masuk ketubuhnya secara difusi melalui permukaan tubuh yang semipermiable. Bila hal ini tidak dikendalikan atau diimbangi, maka akan menyebabkan hilangnya garam-garam tubuh dan mengencernya cairan tubuh, sehingga cairan tubuh tidak dapat menyokong fungsi-fungsi fisiologis secara normal. Ginjal akan memompa keluar kelebihan air tersebut sebagai air seni. Ginjal mempunyai glomerulus dalam jumlah banyak dengan diameter besar. Ini dimaksudkan untuk lebih dapat menahan garam-garam tubuh agar tidak keluar dan sekaligus memompa air seni sebanyak-banyaknya.
Ikan laut hidup pada lingkungan yang hipertonik terhadap jaringan dan cairan tubuhnya, sehingga cenderung kehilangan air melalui kulit dan insang, dan kemasukan garam-garam. Untuk mengatasi kehilangan air, ikan ‘minum’air laut sebanyak-banyaknya. Dengan demikian berarti pula kandungan garam akan meningkat dalam cairan tubuh. Padahal dehidrasi dicegah dengan proses ini dan kelebihan garam harus dihilangkan. Karena ikan laut dipaksa oleh kondisi osmotik untuk mempertahankan air, volume air seni lebih sedikit dibandingkan dengan ikan air tawar. Tubulus ginjal mampu berfungsi sebagai penahan air. Jumlah glomerulus ikan laut cenderung lebih sedikit dan bentuknya lebih kecil dari pada ikan air tawar
2)      Osmoregulasi pada Reptil
Hewan dari kelas reptile, meliputi ular, buaya, dan kura-kura memiliki kulit yang kerimg dan bersisik. Keadaan kulit yang kering dan bersisik tersebut diyakini merupakan cara beradaptasi yang baik terhadap kehidupan darat, yakni agar tidak kehilangan banyak air. Untuk lebih menghemat air, hewan tersebut menghasilkan zat sisa bernitrogen dalam bentuk asam urat, yang pengeluarannya hnya membutuhkan sedikit air. selain itu, Reptil juga melakukan penghematan air dengan menghasilkan feses yang kering. Bahkan, Kadal dan kura-kura pada saat mengalami dehidrasi mampu memanfaatkan urin encer yang dihasilkan dan disimpan dikandung kemihnya dengan cara mereabsorbsinya.
3)      Osmoregulasi pada Aves
Pada burung pengaturan keseimbangan air ternyata berkaitan erat dengan proses mempertahankan suhu tubuh. Burung yang hidup didaerah pantai dan memperoleh makanan dari laut (burung laut) menghadapi masalah berupa pemasukan garam yang berlebihan. Hal ini berarti bahwa burung tersebut harus berusaha mengeluarkan kelebihan garam dari tubuhnya. Burung mengeluarkan kelebihan garam tersebut melalui kelenjar garam, yang terdapat pada cekungan dangkal dikepala bagian atas, disebelah atas setiap matanya, didekat hidung. Apabila burung laut menghadapi kelebihan garam didalm tubhnya, hewan itu akan menyekresikan cairan pekat yang banyak mengandung NaCl. Kelenjar garam ini hanya aktif pada saat tubuh burung dijenuhkan oleh garam.
4)      Osmoregulasi pada Mamalia
Pada mamalia kehilangan air dan garam dapat terjadi lewat keringat. Sementara, cara mereka memperoleh air sama seperti vertebrata lainnya, yaitu dari air minum dan makanan. Akan tetapi, untuk mamalia yang hidup dipadang pasir memperoleh air denga cara minum merupakan hal yang mustahil sebagai contoh kangguru. Kangguru tidak minum air, tetapi dapat bertahan dengan menggunakan air metabolic yang dihasilkan dari oksidasi glukosa. 




daftar pustaka
Ø  Pearce, Evelyn C. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.  Jakarta: PT Gramedia.
Ø  Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius.
Ø  Suripto. 2006. Fisiologi Hewan. Bandung:  ITB.
Ø  Ramdan, Asep. 2011. Osmoregulasi. (Online)
Ø  Kusmandanu. 2009. Osmoregulasi dan Eksresi pada kadal. (Online)

Selasa, 03 Desember 2013

Remedial dan Pengayaan

BAB I

PENDAHULUAN
A.        LATAR BELAKANG
Pada proses pembelajaran di sekolah, sering dijumpai adanya peserta didik yang tidak mencapai penguasaan kompetensi yang telah ditentukan, maka muncul permasalahan mengenai apa yang harus dilakukan oleh pendidik. Salah satu tindakan yang diperlukan adalah pemberian program pembelajaran remedial atau perbaikan. Pemberian program pembelajaran remedial didasarkan atas latar belakang bahwa pendidik perlu memperhatikan perbedaan individual peserta didik. Dengan diberikannya pembelajaran remedial bagi peserta didik yang belum mencapai tingkat ketuntasan belajar, maka peserta didik ini memerlukan waktu lebih lama daripada mereka yang telah mencapai tingkat penguasaan.
Sebaliknya, jika ada peserta didik yang lebih mudah dan cepat mencapai penguasaan kompetensi minimal yang ditetapkan, maka sekolah perlu memberikan perlakuan khusus berupa program pembelajaran pengayaan. Pembelajaran pengayaan berupaya mengembangkan keterampilan berpikir, kreativitas, keterampilan memecahkan masalah, eksperimentasi, inovasi, penemuan, keterampilan seni, keterampilan gerak, dsb. Pembelajaran pengayaan memberikan pelayanan kepada peserta didik yang memiliki kecerdasan lebih dengan tantangan belajar yang lebih tinggi untuk membantu mereka mencapai kapasitas optimal dalam belajarnya.
 Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar guru dihadapkan pada dua tugas utama yaitu menyampaikan meteri pelajaran dan mengelola kelas. Dalam menyampaikan materi pelajaran guru dihadapkan pada masalah-masalah pembelajaran dan dalam mengelola kelas guru dihadapkan pada masalah-masalah   pengelolaan kelas. Untuk mengatasi masalah pembelajaran dituntut pendekatan yang berbeda dengan pendekatan untuk mengatasi masalah pengelolaan kelas. Agar kita sebagai guru dapat membantu siswa yang mengalami masalah , terlebih dahulu kita harus mengetahui apakah masalah yang dihadapi merupakan masalah pembelajaran ataukah masalah pengelolaan kelas.
B.        RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud dengan kegiatan remedial?
2.      Apa yang dimaksud dengan kegiatan pengayaan?
3.      Apa hakikat pengelolaan kelas?
4.      Bagaimana penataan lingkungan kelas
C.        TUJUAN
1.      Untuk mengetahui apa itu kegiatan remedial
2.      Untuk mngetahui apa itu kegiatan pengayaan
3.      Untuk mengetahui hakikat dari pengelolaan kelas
4.      Untuk mengetahui bagaimana cara dalam penataan lingkungan kelas
BAB II
PEMBAHASAN
A.   KEGIATAN REMEDIAL
a.      Hakikat, Tujuan, Dan Fungsi Kegiatan Remedial
1.      Hakikat Kegiatan Remedial
Kegiatan remedial adalah kegiatan membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai materi pelajaran.
2.      Tujuan dan Fungsi Kegiatan Remedial
Berdasarkan pengertian mengenai pengertian remedial adalah kegiatan membantu siswa menguasai materi pelajaran, dapat kita ketahui bahwa tujuan guru melaksanakan kegiatan remedial adalah membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran agar mencapai hasil belajar yang lebih baik.
Secara umum tujuan dari kegiatan remedial ini adalah untuk membantu siswa mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan berdasarkan kurikulum yang yang berlaku. Sedangkan secara khusus, kegiatan remedial bertujuan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar yang dihadapinya dengan memperbaiki cara mengajarnya.
Fungsi kegiatan remedial ada 6 yaitu :
a.       Fungsi korektif
Memperbaiki cara mengajar dan cara belajar. Kegiatan remedial mempunyai fungsi korektif bagi kegiatan pembelajaran karena melalui kegiatan remedial ini guru memperbaiki cara mengajarnya dan siswa memperbaiki cara belajarnya.
b.      Fungsi Pemahaman
Kegiatan remedial mempunyai fungsi pemahaman karena dalam kegiatan remedial akan terjadi proses pemahaman baik pada diri guru maupun diri siswa. Bagi guru, untuk melaksanakan kegiatan remedial, guru terlebih dahulu harus mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakannya.
c.       Fungsi penyesuaian
Kegiatan remedial memiliki fungsi penyesuaian karena pelaksanaan kegiatan remedial disesuaikan dengan kesulitan yang dihadapi individu siswa. Tujuan dan materi pelajaran.disesuaikan dengan kesulitan yang dihadapi individu siswa.  Karena semua aspek kegiatan remedial disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik individu siswa, proses pembelajaran tidak lagi merupakan beban bagi siswa. Siswa akan termotivasi untuk belajar lebih giat sehingga dapat mencapai prestasi belajar siswa yang lebih baik.
d.      Fungsi Pengayaan
Kegiatan remedial mempunyai fungsi pengayaan bagi proses pembelajaran karena melalui kegiatan remedial guru memanfaatkan sumber belajar, metode mengajar atau alat bantu pembelajaran yang lebih bervariasi dari yang diterapkan guru dalam pembelajaran biasa.
e.       Fungsi Akselerasi
Kegiatan remedial memiliki fungsi akselerasi terhadap proses pemebelajaran karena melalui kegiatan remedial guru dapat mempercepat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.
f.       Fungsi Terapeutik
Kegiatan remedial memiliki fungsi terapeutik karena melalui kegiatan remedial guru dapat membantu mengatasi kesulitan siswa yang berkaitan dengan aspek sosial pribadi.
3.      Perbedaan Kegiatan Remedial dari Pembelajaran Biasa
Komponen – komponen yang harus direncanakan dan dilaksanakan guru dalam kegiatan remedial sama dengan komponen – komponen pembelajaran biasanya. Komponen – komponen tersebut adalah tujuan, materi, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi.
Komponen pembelajaran
Pembelajaran biasa
Kegiatan remedial
TUJUAN
Berlaku bagi semua siswa (klasikal)
Bersifat individual
MATERI
Sama untuk semua siswa
Sesuai dengan kesulitan siswa
KEGIATAN PEMBELAJARAN
1.      Diikuti semua siswa
2.      Metode dan media bersifat klasikal
1.      Diikuti oleh siswa yang bermasalah
2.      Metode dan media bersifat individual atau kelompok
EVALUASI
Sama untuk semua siswa
Bersifat individual atau kelompok.
b.      Pendekatan Dalam Kegiatan Remedial
Warkitri dkk. (1991) mengemukakan tiga pendekatan dalam kegiatan remedial. Ketiga pendekatan tersebut adalah pendekatan yang bersifat preventif, kuratif, dan pengembangan.
1.      Pendekatan yang bersifat preventif
Kegiatan remedial dipandang bersifat preventif apabila kegiatan remedial dilaksanakan untuk membantu siswa yang diduga akan mengalami kesulitan dalam menguasai kompetensi yang ditetapkan, padahal kegiatan pembelajaran biasa dilaksanakan. Guru yang sudah berpengalaman, dari keakrabannya dengan siswa, telah mengetahui kelemahan siswanya. Guru juga dapat menggunakan salah satu jenis alat evaluasi yang ditujukan untuk mengetahui kompetensi yang telah dikuasai siswa sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan yang disebut dengan pretest. Pretest adalah salah alat evaluasi yang ditujukan untuk mengetahui kompetensi yang telah dikuasai siswa sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan.
2.      Pendekatan yang bersifat kuratif
Kegiatan remedial yang bersifat kuratif dilaksanakan karena berdasrkan hasil evaluasi pada kegiatan pembelajaran biasa diketahui bahwa siswa belum mencapai kriteria keberhasilan atau kompetensi minimal yang telah ditetaplan.
3.      Pendekatan yang Bersifat Pengembangan
Kegiatan remedial dipandang bersifat pengembangan apabila kegiatan remedial dilaksanakan selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran biasa. Melalui kegiatan remedial yang bersifat pengembangan, guru mengharapkan agar siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai kompetensi yang ditetapkan secara bertahap dan segera bertahap dan segera dapat mengatasi kesulitan dalam menghitung kekuatan lensa berdasarkan jarak fokus ketika mempelajari materi.
c.       Jenis – Jenis Kegiatan Remedial
Berikut kegiatan remedial yang dapat dilaksanakan guru (Suke, 1991)
1.      Mengajar Kembali
Guru menjelaskan kembali materi yang belum dipahami atau dikuasai siswa. Untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menerapkan konsep, guru hendaknya memberikan lebih banyak contoh penggunaan konsep tersebut dalam suatu kasus tertentu atau memberikan banyak latihan yang menuntut siswa menerapkan konsep yang sedang dibahas.
2.      Menggunakan Alat Peraga
Untuk lebih memudahkan siswa memahami konsep yang belum dikuasainya, guru sebaiknya menggunakan berbagai alat peraga dan memberi kesempatan pada siswa untuk menggunakan alat peraga tersebut.
3.      Kegiatan kelompok
Diskusi atau kerja kelompok dapat digunakan guru untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai kompetensi yang dituntut.kegiatan kelompok dapat efektif dalam membantu siswa memahami pelajaran apabila di antara anggota kelompok ada siswa yang benar – benar menguasai materi dan mampu menjelaskannya.
4.      Tutorial
Kegiatan tutorial juga dapat diterapkan guru dalam melaksanakan kegiatan remedial. Guru meminta bantuan siswa lain yang lebih pandai untuk membantu siswa menghadapi kesulitan dalam menguasai kompetensi yang telah ditetapkan atau guru dapat juga meminta siswa dari kelas yang lebih tinggi untuk membantu adik kelasnya.
5.      Sumber Belajar yang Relevan
Guru dapat menerapkan berbagai metode yang relevan dalam kegiatan remedial.dalam membantu siswa memahami materi pelajaran melalui kegiatan remedial guru tidak mungkin menerapkan metode yang sama dengan meteode yang digunakan dalam pembelajaran biasa.
d.      Prinsip Pelaksanaan Kegiatan Remedial
Menurut Suke, 1991) hal  - hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan kegiatan remedial yaitu :
1.      Apabila terdapat bebrapa orang siswa yang mengalami kesulitan yang sama, kegiatan remedial tersebut hendaknya diberikan terhadap kelompok siswa yang bersama – sama. Tetapi apabila kesulitan yang dihadapi seorang siswa berbeda dengan siswa yang lain, guru hendaknya memberikan bantuan yang sifatnya individual.
2.      Proporsi bantuan yang diberikan hendaknya sesuai kesulitan yang dihadapi siswa. Tugas atau kegiatan yang harus dilakukan siswa dalam kegiatan remedial hendaknya jangan terlalu banyak.
3.      Kegiatan remedial dapat dilaksanakan sendiri oleh guru, guru bersama – sama siswa atau meminta bantuan siswa lain. Dalam menetukan bentuk kegiatan remedial guru hendaknya mempertimbangkan jenis kesulitan yang dihadapi siswa serta penyebab faktor kesulitan tersebut.
4.      Metode yang diterapkan dalam kegiatan remedial hendaknya sesuai dengan tingkat kemampuan serta dapat membangkitkan motivasi pada diri siswa untuk belajar lebih giat dan berusaha lebih tekun. Oleh karena itu, guru harus menerapkan metode yang tepat dan sesuai kemampuan siswa.
e.       Prinsip Pemilihan Kegiatan
Wardani (1991) menyatakan bahwa dalam memilih bentuk kegiatan dan metode yang akan diterapkan dalam kegiatan remedial guru perlu memperhatikan hal – hal berikut :
1.      Memanfaatkan latihan khusus, terutama bagi siswa yang mempunyai daya tangkap lemah.
2.      Menekankan pada segi kekuatan yang dimiliki siswa.
3.      Memanfaatkan penggunaan media yang multi sensori.
4.      Memanfaatkan permainan sebagai sarana belajar, terutama bagi siswa yang kurang memiliki motivasi untuk belajar.
f.       Prosedur Kegiatan Remedial
Langkah – langkah kegiatan remedial :
1.      Analisis hasil diagnosis   
Melalui kegiatan diagnosis, guru akan mengetahui para siswa yang perlu mendapat bantuan. Untuk keperluan kegiatan remedial, tentu yang menjadi sorotan adalah siswa – siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar yang ditunjukkan dengan tidak tercapainya kriteria keberhasilan belajar.
2.       Identifikasi penyebab kesulitan   
Sebelum kita mulai merancang kegiatan remedial, terlebih dahulu kita harus mengetahui mengapa siswa mengalami kesulitan dalam mencapai kompetensi yang diharapkan atau menguasai materi pelajaran.
3.       Penyusunan rencana             
Komponen – komponen yang harus direncanakan dalam pelaksanaan kegiatan remaja adalah sebagai berikut :
-          Merumuskan kompetensi atau tujuan pembelajaran
-          Menentukan materi pelajaran sesuai dengan kompetensi atau tujuan yang telah dirumuskan.
-          Memilih dan merancang kegiatan remedial sesuai masalah dan faktor penyebab kesulitan serta karakteristik siswa.
-          Merencanakan waktu yang diperlukan untuk melaksanankan kegiatan remedial
-          Menentukan jenis, prosedur, dan alat penilaian untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa.
4.       Pelaksanaan kegiatan  
Biasanya kegiatan remedial dilaksanakan di luar jam belajar biasa. Oleh karena itu dituntut kerelaan dari guru untuk menyediakan waktu tambahan di luar jam belajar, untuk membantu siswa yang memerlukan.  
5.       Evaluasi      
Untuk mengetahui berhasil tidaknya kegiatan remedial yang telah dilaksanakan, kita harus melaksanakan penilaian. Penilaian ini dapat dilakukan dengan mengkaji kemajuan siswa. Guru harus menganalisis setiap komponen pembelajaran, dengan mengajukan pertanyaan tentang kompetensi, materi, kegiatan, waktu, serta penilaian.
B.   KEGIATAN PENGAYAAN
a.      Hakikat Kegiatan Pengeayaan
Kegiatan pengayaan adalah kegiatan yang diberikan kepada siswa kelompok cepat dalam memanfaatkan kelebihan waktu yang dimilikinya sehingga mereka memiliki pengetahuan yang lebih kaya dan keterampilan yang lebih baik.
b.      Jenis Kegiatan Pengayaan
Perbedaan antara kegiatan remedial dengan pembelajaran biasa terletak pada pendekatan yang digunakan, baik dalam merencanakan maupun melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran biasa menerapkan pendekatan klasikal sedangkan kegiatan remedial lebih bersifat individual atau kelompok kecil. Menurut Gueskey (1989) kegiatan pengayaan biasanya bersifat fleksibel dibandingkan denga kegiatan remedial. Jenis kegiatan yang dirancang guru dalam mengembangkan potensi siswa dengan memanfaatkan sisa waktu yang dimiliki siswa kelompok cepat yaitu :
1.      Tutor Sebaya
Kegiatan ini membantu siswa dalam memahami materi pelajaran dapat merupakan kegiatan penambahan wawasan pengetahuan siswa. Melalui kegiatan ini, pemahaman siswa terhadap suatu konsep atau ide yang akan dijelaskan mereka juga harus mencari teknik untuk menjelaskan konsep atau ide tersebut.
2.      Mengembangkan latihan
Disamping memberikan tutorial kepada temannya, siswa kelompok cepat dapat juga diminta untuk mengembangkan latihan praktis yang dapat dilaksanakan oleh teman – temannya. Kegiatan ini dapat dilakukan untuk pendalaman materi yang menuntut banyak latihan misalnya pengerjaan soal cerita.
3.      Mengembangkan Media dan Sumber Pembelajaran
Memberikan kesempatan pada siswa untuk menghasilkan suatu karya yang berkaitan dengan materi yang dipelajari merupakan sesuatu yang menarik bagi siswa kelompok cepat.
4.      Melakukan Proyek
Salah satu kegiatan pengayaan yang paling menyenangkan bagi kelompok cepat adalah mendapat kesempatan untuk terlibat dalam proyek khusus atau mempersiapkan suatu laporan khusus. Keterlibatan siswa dalam melakukan suatu proyek merupakan kesempatan bagi mereka untuk mengembangkan bakat yang mereka miliki atau untuk menambah wawasan baru mereka.
5.      Memberikan Permaianan, Masalah atau Kompetensi Antarsiswa
Dalam kegiatan pengayaan guru dapat memberikan tugas kepada siswa untuk memecahkan suatu masalah atau permainan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Melalui kegiatan ini mereka akan belajar satu sama lain dengan membandingkan strategi atau teknik yang mereka pergunakan dalam memecahkan permasalahan atau permainan yang diberikan.
c.       Faktor – Faktor Yang Harus Diperhatikan Dalam Melaksanakan Kegiatan Pengayaan
1.      Faktor siswa
Guru harus memperhatikan karakteristik siswa baik yang berkenaan dengan faktor minat maupun dengan faktor psikologis lainnya. Selain faktor minat, faktor psikologis lainnya juga perlu dipertimbangkan guru dalam memilih dan melaksanakan kegiatan pengayaan. Faktor yang harus diperhatikan guru dalam menentukan kegiatan pengayaan menurut Arikanto(1986) yaitu :
a.       Kegiatan luar kelas lebih disukai siswa daripada kegiatan didalam kelas.
b.      Kegiatan yang menuntut siswa untuk melakukan aktivitas lebih disukai siswa daripada kegiatan yang hanya dilakukan di belakang meja.
c.       Kegiatan menemukan sesuatu yang baru lebih merangsang minat siswa daripada kegiatan yang sifatnya penjelasan.
d.      Kegiatan yang menunjukkan hasil lebih disukai siswa daripada kegiatan yang menuntut waktu yang cukup lama.
2.      Faktor Manfaat Edukatif
Sesuai dengan tujuan utama pemberian kegiatan pengayaan yaitu untuk memberikan kesempatan pada siswa berkembang secara optimal maka kegiatan pengayaan ini harus memberikan manfaat bagi siswa.
3.      Faktor Waktu
Kegiatan pengayaan diberikan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki siswa dengan memanfaatkan kelebihan waktu sementara siswa lain masih melakukan kegiatan remedial. Guru harus mampu menyesuaiakan jneis kegiatan pengayaan dengan kebutuhan siswa dan juga dengan waktu tersedia.
C.   HAKIKAT PENGELOLAAN KELAS
a.      Pengertian Pengelolaan Kelas
            Pendekatan otoriter (authority approach) memandang pengelolaan kelas sebagai kegiatan guru untuk mengontrol tingkah laku siswa. Menurut pendekatan ini, tugas guru adalah menciptakan dan memelihara aturan di dalam kelas melalui penerapan disiplin (Weber, 1977). Guru yang menganut pendekatan otoriter akan menghukum setiap siswa yang melanggar disiplin kelas.
            Kebalikan pendekatan otoriter adalah pendekatan permisif (permissive approach). Pendekatan ini menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah kegiatan guru dalam memaksimalkan kebebasan siswa. Peran guru adalah membantu siswa dalam merasakan kebebasan untuk melakukan apa yang mereka inginkan kapanpun mereka mau (Weber,1977).
            Disamping kedua pengertian tersebut, Weber (1977) mengemukakan tiga pengertian.
            Pertama, pengelolaan kelas adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan guru untuk mendorong munculnya tingkah laku yang tidak diharapkan. Pengertian ini didasarkan pada pendekatan modifikasi tingkah laku (behavior modification approach). Menurut pendekatan ini peran guru dalam pengelolaan kelas adalah membantu siswa mempelajari tingkah laku yang diharapkan melalui penerapan prinsip-prinsip yang berasal dari teori penguatan.
            Kedua, pengelolaan kelas adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio-emosional kelas yang positif. Pengertian ini didasarkan pada pendekatan iklim sosio-emosional (socio emotional climate approach). Peran guru dalam pengelolaan kelas adalah mengembangkan iklim sosio-emosional kelas yang positif melalui penciptaan hubungan interpersonal yang sehat, baik antara guru dan siswa maupun antara siswa dan siswa.
            Ketiga, pengelolaan kelas adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan dan memelihara organisasi kelas yang efektif. Pengertian ini didasarkan pada pendekatan proses kelompok (group-process approach). Menurut pendekatan ini tugas guru dalam pengelolaan kelas adalah membantu mengembangkan dan melaksanakan system kelas yang efektif.
            Pengelolaan kelas adalah serangkaian tindakan guru yang ditujukan untuk mendorong munculnya tingkah laku siswa yang tidak diharapkan, menciptakan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio-emosional yang positif, serta menciptakan dan memelihara organisasi kelas yang produktif dan efektif atau secara singkat; pengelolaan kelas adalah usaha guru untuk menciptakan, memelihara, dan mengembangkan iklim belajar yang kondusif.
            Winzer menyatakan pengelolaan kelas adalah cara-cara yang ditempuh guru dalam menciptakan lingkungan kelas agar tidak terjadi kekacauan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencapai tujuan akademis dan social.
b.      Perbedaan Pengelolaan Kelas dari Pembelajaran
Pembelajaran adalah segala kegiatan yang dilakukan guru untuk membantu siswa blajar. Pembelajaran merupakan segala kegiatan yang dilakukan guru untuk memudahkan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Yang termasuk ke dalam pembelajaran diantaranya adalah melakukan diagnosis kebutuhan siswa, merencanakan pelajaran, menyajikan informasi, mengajukan pertanyaan, dan menilai kemajuan belajar siswa.
Pembelajaran yang efektif dan efisien dapat terjadi apabila situas dan kondisi kelas mendukung. Berrbagai usaha yang dilakukan guru dalam menciptakan dan memelihara kondisi kelas sehingga terjadi pembelajaran yang efektif dan efisien merupakan kegiatan pengelolaan kelas. Memberikan pujian atau penghargaan sesegera mungkin, menciptakan dan memelihara hubungan yang sehat antar guru dan siswa serta siswa dan siswa, serta menetapkan norma-norma kelompok yang produktif merupakan beberapa contoh kegiatan pengelolaan kelas. Jadi, pengelolaan kelas adalah segala kegiatan guru yang dilakukan untuk menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang efektif.
Perbedaan ini harus kita pahami, karena ketika kita dihadapkan pada masalah-masalah yang muncul di dalam kelas, kita harus memecahkan masalah-masalah tersebut sesuai dengan hakikatnya.
c.       Pentingnya Pengeolalaan Kelas dalam Proses Pembelajaran
Tujun pengelolaan kelas adalah menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan berlangsungnya proses pembelajaran yang efektif. Pengelolaan kelas merupakan aspek penting dalam proses pembelajaran. Pengelolaan kelas yang efektifmerupakan prasyarat bagi terciptanya proses pembelajaran yang efektif. Salah satu tugas guru dalam membantu siswa belajar ialah menciptakan situasi kelas yang hangat, aman, dan sehat. Situasi kelas yang penuh keakraban akan memberikan rasa aman dan kebebasan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Dalam situasi belajar inilah tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan guru akan dapat dicapai siswa.
D.   PENATAAN LINGKUNGAN KELAS
a.      Penataan Lingkungan Fisik Kelas
Pengelolaan kelas yang efektif bermula dari penataan ruangan kelas dan isinya. Lingkungan fisik kelas harus ditata atau diatur untuk mendukung aktivitas belajar yang dikembangkan guru secara individual. Perubahan tujuan pembelajaran dan perubahan kegiatan belajar yang dilakukan siswa menuntut perubahan dalam penataan lingkungan fisik kelas. Ini berarti bahwa guru hendaknya menyesuaikan penataan ruangan kelas terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Meskipun barang-barang yang ada didalam kelas kurang memadai keadaanya, melaluui penataan ruangan kelas yang efektif, barang-barang teersebut menjadi bermanfaat. Prinsip-prinsip penataan kelas:
1.      Prinsip-prinsip Penataan Lingkungan Fisik Kelas
Menurut Louisell (1992), ketika menata lingkungan fisik kelas, guru harus mempertimbangkan 5 hal berikut:
a.       Keleluasaan pandangan (visibility)
Artinya penempatan atau penataan barang-barang didalam kelas tidak mengganggu pandangan siswa secara leluasa dapat memandang guru atau benda/kegiatan yang sedang berlangsung. Siswa dapat melihat kegiatan pembelajaran dari tempat duduk mereka.
b.      Mudah dicapai (accessibility)
Ruangan hendaknya diatur dengan baik sehingga lalu lintas kegiatan belajar di kelas tidak terganggu. Jarak anatartempat duduk harus cukup untuk dilalui oleh siswa sehingga dapat dengan mudah bergerak dan tidak mengganggu siswa lainnya yang sedang bekerja.
c.       Keluwesan (flexibility)
Barang-barang yang ada didalam kelas hendaknya mudah untuk ditata dan dipindah-pindahkan sesuai dengan tututan pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru dan siswa.
d.      Kenyamanan
Prinsip kenyamanan berkenaan dengan temperature ruangan, cahaya, suara, dan kepadatan kelas. Kenyamanan ruagan akan sangat berpengaruh pada konsentrasi dan produktifitas siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran.
e.       Keindahan
Ruangan kelas yang indah menyenangkan akan berpeengaruh positif terhadap sikap dan tingkah laku siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Kelas yang indah dan menyenagkan menggambarkan harapan guru terhadap proses pembelajaran yang harus diakukan dan tingkah laku siswa selama kegiatan pembelajaran. Selain itu, ruangan kelas yang menyenangkan dapat meningkatkan pengembangan nilai keindahan pada diri siswa karena siswa melihat langsung model/contoh yang dilakukan guru dalam menata kelas.
2.      Penataan Tempat Duduk
Peningkatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dapat dilakukan guru melalui penerapan berbagai strategi pembelajaran. Setiap strategi pembelajaran yang diterapkan guru menuntut tempatt duduk yang berbeda-beda. Dengan kata lain, guru harus menata tempat duduk siswa untuk memperlancar kegiatan pembelajaran.
Hasil penelitian (Louisell,1992) menunjukkan bahwa tempat duduk yang ditata berjejer menghadap guru meningkatkan jumlah kinerja yang dilakukan siswa. Kemudian dua bangku yang saling berhadapan tepat untuk kegiatan pembelajaran melalui diskusi kelompok.
b.      Penataan Lingkungan Psiko-Sosial Kelas
Iklim psiko-sosial kelas berkenaan dengan hubungan social-pribadi antara guru dan siswa serta antarsiswa dapat menciptakan iklim psiko-sosial kelas yang sehat, dan efektif bagi berlangsungnya proses pembelajaran.
Faktor-faktor yang mempengaruhi:
1.      Karakteristik Guru
a.       Disukai oleh siswanya
Beberapa sifat guru yang mungkin disukai oleh siswa ialah periang, ramah, tulus hati, dan mendengarkan keluhan siswa serta percaya diri.
b.      Memiliki persepsi yang realistic tentang dirinya dan siswanya
Guru yang memiliki pandangan tidak realistic terhadap kemampuan siswanya dan dirinya dapat menghambat efektivitas kegiatan pembelajaran. Sedangkan guru memiliki pandangan yang realistic terhadap kemampuan siswa, guru akan mengembangkan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan menantang siswa untuk belajar. Siswa akan mengikuti kegiatan pembelajaran dengan penuh semangat.
c.       Akrab dengan siswa dalam batas hubungan guru siswa
 Mengembgkan hubungan yang baik antara guru-siswa, guru perlu menyediakan waktu untuk mengenal siswa lebih banyak. Melalui bincang-bincang dengan siswa guru akan mengetahui lebih banyak informasi tentang keluarga siswa, kegiatan siswa diluar waktu sekolah, kesenangan atau hobi mereka, dan sebagainya. Informasi ini akan membantu guru dalam mengembangkan proses pembelajaran yang efektif.
d.      Bersikap positif terhadap pertanyaan/respon siswa
Guru harus menanggapi dengan bijak respon maupun pertanyaaan yang diajukan oleh siswa dengan menekan prasangka bahwa mereka sedang mengetes kita. Sikap bijak akan menambah sifat kewibawan guru.
e.       Sabar, teguh, dan tegas
Sebagai guru, kita dituntut untuk sabar. Apabila kita tidak sabar, siswa akan merasa ketakutan untuk mengajukan masalah yang dihadapi. Ketakutan siswa pada guru akan menghambat keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu guru harus memiliki sikap teguh dan tegas. Guru harus memperingatkan siswa lain yang melakukan diskusi berdua pada saat seorang siswa berbicara.
2.      Hubungan Sosial Antarsiswa
Selain dari pribadi guru sendiri, iklim psiko-sosial kelas juga dipengaruhi oleh hubungan social antarsiswa. Hubungan social yang kurang baik antarsiswa dapat mengganggu lancarnya kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu guru sebaiknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih mengenal teman-temannya sehngga mereka akan merasa sebagai satu kesatuan. Perasaan semacam itu akan tumbuh apabila guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar atau bekerja dalam kelompok.
Melalui belajar kelompok mereka akan saling mengenal satu sama lainnya, selain itu siswa dapat berlatih berkomunikasi dengan jelas dan tepat. Mereka mencoba mengemukakan idea tau mengajukan pertanyaan yang harus dapat dipahami oleh anggota kelompok yang lain.
Dalam kelompok kegiatan siswa belajar menerima pendapat siyang diharapkan ditswa lain dan mendorong siswa lain untuk mengemukakan pendapatnya. Agar kegiatan kelompok dapat berhasil dengan baik gru harus memperhatikan hal-hal berikut (Weber, 1977)
a.       Perilaku yang diharapkan
Pernyataan tentang perilaku yang diharapkan ditampilkan siswa dalam kegiatan kelompok harus dinyatakan dengan jelas, pasti, dan realistic. Pernyataan ini akan menjadi pedoman kerja siswa dalam melaksanakan kegiatan kelompok.
b.      Fungsi kepemimpinan
Guru hendaknya menciptakan kegiatan kelompok yang tidak didominasi oleh seorang atau beberapa orang siswa, tetapi yang memberikan kesempatan kepada semua anggota kelompok berperan serta dan bekerja sama dalam mengerjakan tugas kelompok.
c.       Pola persahabatan siswa
Kegiatan kelompok akan berhasil dengan baik apabila hubungan interpersonal antarsiswa cukup baik.
d.      Norma/aturan
Guru harus berusaha membantu anggota kelompok dalam merumuskan aturan dan menerapkannya dalam kegiatan kelompok.
e.       Kemampuan berkomunikasi
Guru hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyatakan perasaan dan pikiran mereka secara bebas dan dapat dipahami oleh siswa lain.
f.       Kebersamaan
Kegiatan kelompok akan berlangsung apabila setiap anggota kelompok memiliki rasa kebersamaan sehingga mereka merasa bahwa tugas kelompok adalah tanggung jawab mereka semua.
BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Kegiatan remedial adalah kegiatan membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai materi pelajaran, sedangkan kegiatan pengayaan adalah kegiatan yang diberikan kepada siswa kelompok cepat dalam memanfaatkan kelebihan waktu yang dimilikinya sehingga mereka memiliki pengetahuan yang lebih kaya dan keterampilan yang lebih baik.
Pengelolaan kelas merupakan aspek penting dalam proses pembelajaran. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat bagi terciptanya proses pembelajaran yang efektif. Efektivitas proses pembelajaran dipengaruhi oleh keadaan lingkungan fisik kelas serta hubungan sosio-emosional siswa-guru dan siswa-siswa . Lingkungan fisik kelas yang mempengaruhi lancarnya proses pembelajaran adalah tatanan ruangan kelas dan isinya.
B.     Saran
Seorang guru harus memiliki karakteristik yang dapat menunjang terciptanya hubungan sosio-emosional di kelas, antara lain adalah disukai oleh siswa, memiliki persepsi yang realistik tentang dirinya dan siswanya serta bersikap positif terhadap pertanyaan siswa, serta sabar, teguh dan tegas.
DAFTAR PUSTAKA
Winataputra, Udin. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sumantri, mulyani dan Permana. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Mulana.